Makassar, Lingnusa. Com – Situasi di SMAN 11 Makassar terus memanas setelah gelombang aksi unjuk rasa yang dilakukan siswa-siswi untuk menuntut pencopotan Kepala Sekolah, H. Nuraliyah Finda. Tiga kali demonstrasi telah digelar, namun hingga kini, kepsek tetap bertahan di jabatannya. Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pungutan liar (pungli) dan pemotongan gaji tenaga kependidikan (tendik), tetapi hasilnya menyatakan tidak ditemukan bukti yang menguatkan tuduhan tersebut, Jumat (14/2/2025).
*Penjelasan Kepala Sekolah Soal Aksi Demo*
Kepala SMAN 11 Makassar, H. Nuraliyah Finda, dalam pernyataannya kepada Pimpinan Redaksi Lemkira News, Rizal Rahman, menegaskan bahwa dirinya sedang sakit saat demo berlangsung dan tidak bisa langsung merespons situasi. Ia juga membantah tuduhan bahwa pihak sekolah menghalangi salah satu calon Ketua OSIS (Ketos) dalam pemilihan.
“Itu tidak benar! Pemilihan OSIS memiliki aturan yang ketat dan dilakukan secara online demi transparansi. Saya justru menyayangkan demo yang dilakukan siswa, karena seharusnya guru tetap fokus mengajar, bukan malah ikut mengambil gambar atau mendukung aksi tersebut,” ujar Nuraliyah.
*Latar Belakang Aksi Unjuk Rasa*
Tiga kali aksi protes yang dilakukan siswa di SMAN 11 Makassar memiliki alasan yang berbeda:
1. Dugaan Pungutan Liar (Pungli)
Aksi pertama dilakukan karena adanya dugaan pungli di sekolah. Sejumlah orang tua siswa mengeluhkan biaya tambahan yang dinilai tidak transparan. Namun, setelah diperiksa oleh Inspektorat, tuduhan tersebut tidak terbukti.
2. Pemotongan Gaji Tendik & Transparansi Dana BOS
Demo kedua dipicu oleh isu pemotongan gaji tenaga kependidikan (tendik) dan dugaan ketidaktransparanan dalam pengelolaan Dana BOS. Namun, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Inspektorat Sulsel, tidak ditemukan bukti adanya pelanggaran terkait dana tersebut.
3. Kontroversi Pemilihan Ketua OSIS (Ketos)
Unjuk rasa ketiga muncul setelah salah satu calon Ketos, Sandy, dilarang mencalonkan diri karena dianggap pernah ikut demonstrasi sebelumnya. Namun, tuduhan ini menuai protes karena ada calon lain yang juga terlibat demo, tetapi tetap diperbolehkan maju.
“Demo ketiga ini perlu ditelusuri lebih dalam, apakah benar ada kecurangan atau hanya kesalahpahaman?” ujar Nuraliyah. Ia menambahkan bahwa pemilihan Ketua OSIS telah melalui prosedur yang sesuai, termasuk tahapan pendaftaran, debat kandidat, pemungutan suara, dan penghitungan suara.
*Aturan Pemilihan Ketua OSIS di SMAN 11 Makassar*
Untuk mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya:
– Siswa kelas X atau XI,
– Pernah aktif di OSIS sebelumnya,
– Memiliki jiwa kepemimpinan yang baik,
– Tidak memiliki catatan pelanggaran disiplin,
– Mendapatkan rekomendasi dari minimal 2 guru.
Dalam pemilihan, jika ada sengketa atau keberatan dari kandidat, seharusnya diselesaikan melalui panitia pemilihan atau dewan pembina OSIS.
*Hasil Investigasi: Demo 1 dan 2 Tidak Terbukti*
Terkait tuduhan pungli dan pemotongan gaji tendik, PJ Gubernur Sulsel Prof. Zudan telah menerima laporan dari Inspektorat Sulsel yang menyatakan tidak ada pelanggaran dalam dua kasus tersebut. Oleh karena itu, Nuraliyah masih tetap menjabat sebagai Kepala Sekolah SMAN 11 Makassar.
Dengan hasil investigasi ini, muncul pertanyaan besar: Apakah unjuk rasa yang dilakukan siswa murni karena ketidakpuasan atau ada faktor lain yang memengaruhi?
Perkembangan situasi di SMAN 11 Makassar kini masih terus dipantau oleh berbagai pihak. Yang jelas, meskipun aksi protes terus terjadi, keputusan tetap berada di tangan pemangku kebijakan pendidikan di Sulawesi Selatan.
Ketua LSM El kompleks Angkat bicara:
Ruslan Rahman sangat prihatin dengan kondisi selama ini yang terjadi pada siswa siswa SMA di berbagai daerah pada khususnya di SMA 11 Makassar hari ini Jumat tanggal 14 Pebruari 2025 adalah suatu kegagalan para pendidik, disebabkan ada dugaan oknum Guru yang ingin memprovokasi siswanya agar kepala sekolah bisa di mutasi/ nonjob.
Lebih lanjut Engkel sapaan akrab bahwa sejatinya itu siswa belajar, bukan untuk melakukan Demo dengan bahasa matinya Demokrasi, tegas nya lagi Engkel mengungkapkan kepada media ini, mustahil itu gerakan jika tidak ditunggangi oleh orang Dalam sendiri ( ORDAL) yang mungkin saja tidak senang dengan kepala sekolah sehingga siswa dijadikan alat.
Ungkapnya lagi Engkel kepada media ini, bahwa dirinya tidak ada sesuatu atau kepentingan terhadap kepala sekolah, hanya saja prihatin dengan kondisi selama ini, oleh nya diminta penentu kebijakan untuk menyikapi persoalan ini jika dibiarkan pendidikan tidak dapat berjalan sesuai harapan kita semua tutupnya (Red)
Editor: Syarif Al Dhin